Kecurangan Dalam UNAS

Kordinator Pengawas dan TPI Jatim Beber Kecurangan Unas
Laporan adanya kecurangan saat ujian nasional (unas) dibuktikan dengan temuan pengawas dan tim pemantau independen (TPI). Menurut Rektor ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) sekaligus Kordinator Pengawas dan TPI Jatim Priyo Suprobo, di antara berbagai kecurangan itu guru pengawas ujian membiarkan siswa-siswi menyontek dan berdiskusi selama ujian berlangsung. ''Kecurangan itu terjadi di beberapa sekolah,'' ujarnya.

Parahnya, ada sekolah yang gurunya terlebih dahulu mengoreksi lembar jawaban ujian nasional (LJUN) siswa sebelum amplop LJUN itu disegel. Alasannya, mengecek kebenaran pengisian data yang dilakukan siswa. Kenyataannya, TPI malah menemukan kopi LJUN yang sudah dijawab guru.

Tak hanya itu, kata Probo, masih banyak pengawas ruangan maupun peserta ujian yang membawa handphone saat ujian. Hal itu terjadi karena sekolah penyelenggara tidak membeberkan prosedur operasional standar (POS) unas kepada peserta ujian. Pelanggaran itu amat berpotensi menimbulkan kecurangan. ''Ada juga LJUN yang tertinggal di ruangan dan baru diketahui pada hari berikutnya,'' ungkap Probo

Namun, di antara pelanggaran yang terjadi, TPI dikejutkan saat menemukan adanya pola jawaban yang sama terhadap 90 persen siswa di sebuah sekolah Nganjuk dan Paiton. ''Pola jawaban yang sama itu kami temukan pada mata pelajaran tertentu. Tapi, kami tidak bisa menyebutkan nama sekolahnya karena ini menyangkut kode etik,'' jelasnya. Hal itu, kata Probo, mengindikasikan adanya jawaban yang beredar di sekolah itu.

Kendati demikian, pihaknya tidak tahu apakah pola jawaban yang sama itu benar atau salah. Sebab, kata Probo, tugas perguruan tinggi ialah memindai jawaban siswa. ''Tapi, kunci jawabannya tetap ada di BSNP. Karena itu, kita tidak tahu apakah jawaban yang sama itu benar atau salah,'' ungkapnya.

Tak hanya menemukan berbagai pelanggaran, Probo mengaku bahwa tugas pengawas juga kerap menemui kendala di lapangan. Kehadiran pengawas di sebuah sekolah sempat ditolak. Intinya, sekolah merasa keberatan dengan kehadiran PTN. Kasus itu terjadi di MA Al-Ikhsan, Kabupaten Jombang.

Selain itu, fungsi pengawas di SMA/MA disamakan dengan fungsi TPI di SMP/MTs/SMK. Padahal, kata dia, pada pelaksanaan unas kali ini, pengawas diberi kewenangan lebih. Yaitu, diperbolehkan masuk kelas jika ada indikasi pelanggaran. ''Persoalannya, bagaimana tahu ada indikasi pelanggaran jika tidak mengawasi ruangan,'' sebutnya.

Karena itu, Probo berharap, sekolah yang melakukan kecurangan tak perlu mengulang unas. ''Kalau nggak lulus, ya sudah. Mereka bisa mengikuti ujian susulan, kejar paket C. Yang penting siswa tidak diajari curang lagi,'' ujarnya. Dia juga tidak setuju jika gagalnya seluruh siswa SMAN 2 Ngawi dalam unas kali ini dikaitkan dengan kesalahan scaning. ''Itu tidak mungkin terjadi. Sebab, perguruan tinggi yang melakukan scaning. Kami tidak ada kepentingan untuk merugikan siswa,'' imbuhnya.

Yang pasti, kata Probo, semua pelanggaran dan kecurangan yang terjadi di lapangan sudah dilaporkan kepada BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Soal sanksi dan kebijakan terhadap sekolah yang melanggar tetap ada di tangan BSNP. ''Semua bergantung di Jakarta,'' ucapnya.

Ketua Pengawas Unas Jatim yang juga pembantu rektor IV ITS Eko Budi Jatmiko menambahkan, selain terjadi berbagai pelanggaran selama pelaksanaan unas SMP maupun SMA, berbagai kendala mewarnai pelaksanaan unas. Contohnya, banyak siswa yang mengeluhkan kualitas LJUN tahun ini. Di beberapa sekolah juga ada yang kekurangan LJUN. Selain itu, ada sekolah yang tidak memiliki fasilitas lengkap seperti tape recorder untuk mata pelajaran bahasa Inggris. ''Berbagai persoalan ini juga sempat mengganggu pelaksanaan unas,'' ungkapnya.

Ketika dikonfirmasi terkait berbagai pelanggaran yang terjadi di lapangan, Ketua BSNP Prof Eddy Mungin Wibowo tidak bersedia komentar. Beberapa kali Jawa Pos menghubungi, Mungin tidak mengangkat telepon selulernya. Sempat mengangkat sekali, Mungin mengaku sedang mengikuti sebuah acara dan tidak bisa diganggu. Keterbukaan BSNP terhadap publik pun mulai dipertanyakan.

Direktur Pembinaan SMP Didik Suhardi menyayangkan kasus kecurangan unas yang terjadi di 19 SMP. Padahal, jauh hari sebelum pelaksanaan unas pihaknya telah mewanti-wanti agar sekolah bersikap jujur. ''Kalau sudah seperti ini, susah mengembalikan citra sekolah-sekolah itu,'' ujarnya.

Apalagi, kata dia, sejatinya dalam POS unas tidak ada ketentuan untuk menggelar ujian ulang. ''Kalau keputusan BSNP seperti itu, ya karena mereka yang memiliki kewenangan untuk memutuskan itu,'' ujarnya.

Terkait keputusan beberapa PTN yang menolak siswa atau sekolah curang, Didik bisa memaklumi. Sebab, kebijakan itu diambil untuk menjaga kualitas pendidikan di Indonesia. Karena itu, pihaknya berharap bakal ada evaluasi total terhadap pelaksanaan unas. ''Saya pikir kasus ini menjadi pelajaran penting bagi kami (Depdiknas, Red) dan semua pihak,'' kata Didik. [JP Online, [ Sabtu, 06 Juni 2009 (kit/sha/iro)]
*** * ***


Aroma Kecurangan UNAS Makin Kuat


Hingga hari ke tiga pelaksanaan Ujian Nasional (UN) kemarin, isu kecurangan semakin berkembang. Selain adanya SMS kunci jawaban soal yang disebar setiap hari, rupanya semakin hari pengawasan di kelas juga semakin longgar.

Karena longgar itulah, mereka jadi leluasa bertanya ke sesama teman.
‘’Tadi (kemarin, Red.) teman-teman contekan. Tapi pengawasnya diam saja. Apalagi Matematika sangat sulit sekali, jadi kita senang bisa saling bertanya,’’ ungkap Siswa kelas III Bahasa SMAN 1 Malang, berinisial A kepada Malang Post.

Bahkan, kata dia, ada beberapa temannya yang masuk ke dalam kelas membawa ponsel. Tidak ada pengawas yang curiga atau bahkan melakukan penggeledahan.

Sementara sebelumnya, banyak siswa yang sudah mendapatkan kunci jawaban soal yang dikerjakan kemarin. Hanya saja ia dan beberapa temannya tidak percaya begitu saja dengan kunci yang menyebar.
Apalagi kunci jawaban ini disebar dalam beberapa versi. Setidaknya ada lima versi jawaban yang berbeda. Informasinya, kunci itu sengaja disebarkan siswa yang sudah membeli soal ujian senilai Rp 2 jutaan.

‘’Waktu ujian bahasa Inggris, kunci jawaban yang disebar benar-benar sesuai dengan jawaban. Tapi untuk mata pelajaran lainnya ada yang benar ada juga yang tidak benar,’’ ujarnya.

Hebohnya kunci jawaban soal yang setiap hari diterima siswa ini tidak hanya santer di SMA Tugu saja. Di sekolah lain pun juga sama, bahkan hingga ke sekolah yang ada di pinggiran seperti SMKN 12 yang ada di kawasan Arjosari.

Bahkan ada laporan yang menyebutkan bahwa di sebuah sekolah negeri, 45 menit menjelang ujian berakhir kunci jawaban disebar kepada siswa.

‘’Orang tua siswa sendiri yang cerita kepada saya, kalau di sekolah anaknya ada kunci jawaban yang diedarkan menjelang jam berakhir,’’ ujar sumber Malang Post yang enggan disebutkan namanya.
Sayangnya, isu bocoran jawaban soal ini dianggap enteng oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Malang maupun pengawas dari perguruan tinggi. Koordinator pengawas Universitas Brawijaya (UB) Malang, Prof Dr Ir Bambang Suharto menganggap itu hanya isu saja. ‘’Kami belum menemukan sendiri buktinya, dan mungkin saja itu hanya isu,’’ tegasnya.

Saat diyakinkan, pernyataan adanya jawaban SMS itu dari siswa sendiri, Bambang belum mau percaya. Ia hanya menganggap itu adalah ulah iseng.

Hanya saja, jika kunci jawaban itu benar-benar kunci jawaban yang asli, maka hasil UN bisa dianggap tidak sah. ‘’Kalau ketahuan benar ada kunci jawaban yang sengaja disebar, maka tentu itu sebuah pelanggaran,’’ tandasnya.

Terpisah, Kabid Pendidikan Menengah (Dikmen) Disdik Kota Malang Drs Sugiharto menganggap kunci jawaban itu hanya dikirimkan oknum tidak bertanggung jawab saja. Sehingga tidak perlu ditanggapi dengan serius.

Penegasan sejenis disampaikan Gubernur Jatim, Soekarwo. Menurut dia, pengamanan soal UN sudah melalui pengawalan yang cukup ketat. Mulai dari percetakan hingga ke sekolah. Bahkan petugas percetakan pun harus dikarantina hingga pelaksanaan UN selesai di masing-masing tingkatan.

‘’Kami tegaskan agar masyarakat jangan percaya dengan orang yang menjual kunci jawaban, karena itu dipastikan palsu. Kalau berpegang pada kunci jawaban itu, justru tidak akan lulus. Lebih baik berusaha dengan cara belajar,’’ pintanya.

Ketua Sub Rayon 02, Musoddaqul Umam mengungkapkan pengawasan di sekolah sudah dilakukan dengan ketat. Ia yakin, di Malang sangat minim terjadi pelanggaran. Walaupun sebenarnya UN cukup membuat orang tua dan guru stress.

‘’Kalau siswa saya yakin santai saja, tapi kami ini yang pusing memikirkannya. Kami berharap siswa kami tahun ini bisa lulus 100 persen dengan jujur,’’ tegasnya.

Sementara itu hari ke tiga UN kemarin semakin banyak saja siswa yang sakit. Ada dua diantaranya yang dirawat di rumah sakit masing-masing Vita Delia, siswi SMAK Santo Yusuf kelas III IPA dan Paramitha Irawan siswi SMAK Santo Albertus kelas III IPA. Sementara empat siswa harus mengikuti ujian susulan karena tidak kuat mengerjakan soal. Penyakit Demam Berdarah rupanya masih membayangi para siswa ini.

Sedangkan di Kabupaten Malang, enam siswa yang tidak hadir pada hari pertama dan hari kedua UN, kemarin sudah masuk. Sehingga masih ada enam siswa SMA lainnya yang belum masuk hingga UN hari ketiga.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang Suwandi, seluruh siswa yang tidak masuk UN diketahui karena sakit. ‘’Semuanya karena sakit. Hari ini (kemarin, Red.) enam siswa yang tidak masuk UN dari SMA. Kalau SMK masih sama seperti kemarin (Selasa),’’ ujar Suwandi.

Setidaknya ada 16 peserta UN dari SMK yang tidak mengikuti ujian sejak hari pertama. Sehingga total peserta yang tidak masuk dari SMA dan SMK sebanyak 22 siswa. Dari hari ke hari makin menurun, hari pertama 38 siswa, hari kedua 28 siswa.

Kata Suwandi, Dinas Pendidikan Kabupaten Malang bakal memberi kesempatan para siswa yang sakit ikut ujian susulan. Ujian itu akan digelar Senin depan 27 April hingga Jumat 1 Mei dengan jadwal yang sama. Hanya saja ini belum posisif karena menunggu kesembuhan dari para siswa tersebut. ‘’Kalau hari ini (kemarin, Red.) lancar tidak ada masalah, soal juga mencukupi,’’ katanya. (oci/has/ary/avi/malangpost, 24 April 2009)


Print this post

Sincerely,
Padhang Bulan
Layla Signature

2 komentar:

  1. Mencoba cari tahu Setting Komentar di blog UNISMA:
    1.Komentar=tampilkan
    2.Siapa yg komentar=Siapapun termasuk anonymus
    3.Tempat form komentar=disemat di bawah entri
    4.Entry baru memiliki komentar
    5.Link balik=tampilkan
    6.Default link balik=entry baru punya taut balik
    7.Format Timestamp Komentar=Senin,15 Juni, 2009
    8.Pesan Formulir Komentar=Bicaralah baik/benar atau diam..
    9.Moderasi komentar=tidak pernah
    10.Tampilkan verifikasi kata=Ya
    11.Tampilkan gambar profil=Ya
    12.Email Pemberitahuan Komentar="Cahaya Bulan"

    BalasHapus
  2. ceritanya gini mbak lela, beberapa hari yg lalu, aq bongkar2 template mau pasang kotak komment di bawah postingan, maka script yg ada di template aku hapus dan aku tambahi sesuai dg anjuran Blog Tutorialnya Kang Rohman, ternyata aq kurang teliti , barangkali ada code script yg kurang lengkap, shg hasilnya malah ga bisa digunakan utk komment,aduuh..sudah terlanjur skrg hanya bisa meratapi nasib, hi hi...ditambah koneksi di kampus lemoooott, login berulang2 ga bisa...ya udah utk sementara temen2 jd ga bisa kasih komment..hi hi salam ..

    BalasHapus

Tulis komentar TERBAIK kamu. Yang paling rajin komentar Lela review blognya dalam posting “BLOG REVIEW”. Komentar yang kreatif-inspiratif memungkinkan jadi bahan posting Lela dan pastinya.., blog kamu dapat promosi GRATIS. Thanks..

 
[Image]
WarNing !
Copy-paste diBOLEHkan asal mencantumkan url PadhangBulan.blogspot. com. Demi etika, sportivitas, solidaritas, dan saling 'cinta' diantara sesama blogger Indonesia. Share-Saran Anda
Sincerely,
Grup Padhang Bulan
"Yang suka menyendiri silakan menyepi, yang suka berbagi silakan copy code di bawah ini:"

Catatan Lela
Yahoo Online Status Indicator