Rumah Idaman Keluarga


Alami, Lengkap dengan Gemericik Air

(English)

UNIK. Mungkin itu kesan yang tertangkap pada kediaman pasangan Andri Warsito dan Dian Octa di kawasan Dharmahusada, Surabaya. Untuk masuk, tamu harus melewati selasar di atas kolam ikan. Selasar tersebut memiliki dua ujung. Satu menuju ruang tamu, lainnya mengarah ke foyer yang terhubung ke ruang keluarga.

Selasar memang sengaja diletakkan di atas kolam ikan oleh Andri. Dia ingin rumahnya berbeda dengan rumah lain. "Jarang kan ada kolam di bawah jalan masuk," katanya. Apalagi, dia dan istri sangat suka dengan suara gemericik air terjun kecil di sekeliling kolam berbentuk huruf L tersebut. Mereka juga gandrung dengan suara air mancur dari tempayan (gentong) yang diletakkan pada beberapa sudut halaman depan rumah.

Sebenarnya, Andri membuat selasar lurus. Sehingga, kedua sisi kolam ikan bisa terekspos. Tapi, karena ketiga buah hatinya, Andrea Kylila Maheswari serta si kembar Athina Maritza Kayana dan Athena Matirza Nascala, masih kecil dan suka berlarian, dia membuat pengaman. Sebelah kiri diberi pagar, sedangkan sisi kanan ditutup dengan selasar kayu.

"Saya memang suka yang alami, tapi lebih bernuansa Bali," tutur bapak tiga anak itu. Sebenarnya, untuk menghiasi selasar, Andri ingin menghadirkan angkul-angkul, pintu masuk khas Bali. Tapi karena terlalu ribet, dia menggantinya dengan bentuk yang lebih sederhana. "Saya bikin dari besi saja. Ada perhitungan keamanan juga sih," jelasnya.

Nuansa Bali juga hadir dalam prinsip pemisahan ruang. Untuk kediaman itu, Andri sengaja memisah ruang tamu dengan bangunan induk. Di antara ruang tamu dan ruang keluarga terdapat lorong kecil sepanjang 1 m. Bagian kiri dan kanannya dibuat terbuka serta hanya berhias pagar besi setinggi 60 cm. Tapi, bagian atasnya tetap tersambung dengan rumah induk.

Meski suka dengan nuansa Bali, Andri tidak mengaplikasikan secara utuh. Warna merah bata yang sering ditemui di rumah khas Bali tidak tampak di rumah itu. Cokelat tua lebih mendominasi. Mulai panel-panel di ruang keluarga hingga perabot pada seluruh bagian rumah. "Merah batanya saya buat aksen di panel," tegasnya.

"Itu memang rumah Bali yang menggunakan banyak kayu. Rumah Jawa juga banyak kayu, tapi pakai ukiran rumit. Jadi, terlalu berat, juga angker," imbuh Dian lantas tertawa. Perempuan 32 tahun itu memang takut dengan hal-hal yang dianggapnya berbau angker. Misalnya bunga kamboja yang memang khas Bali. "Aku nggak suka baunya. Jadi, itu rumah Bali tanpa bunga kamboja," lanjutnya.

"Mungkin lebih tepat disebut gaya Bali modern ya," papar Andri. (jp/any/dos)

0 komentar:

Posting Komentar

Tulis komentar TERBAIK kamu. Yang paling rajin komentar Lela review blognya dalam posting “BLOG REVIEW”. Komentar yang kreatif-inspiratif memungkinkan jadi bahan posting Lela dan pastinya.., blog kamu dapat promosi GRATIS. Thanks..

 
[Image]
WarNing !
Copy-paste diBOLEHkan asal mencantumkan url PadhangBulan.blogspot. com. Demi etika, sportivitas, solidaritas, dan saling 'cinta' diantara sesama blogger Indonesia. Share-Saran Anda
Sincerely,
Grup Padhang Bulan
"Yang suka menyendiri silakan menyepi, yang suka berbagi silakan copy code di bawah ini:"

Catatan Lela
Yahoo Online Status Indicator