Duta Wisata Surabaya

Wanita-Wanita ''Duta Wisata'' Surabaya

(English)


Menjadi Ning Surabaya tentu tidak mudah. Banyak mata yang memperhatikan setiap tingkah laku mereka. Mulai cara berpakaian, berjalan, hingga berbicara. Mira, Nungki, Nansa, Nessya, dan Devi mau berbagai sedikit cerita mereka saat menjalani peran sebagai Ning Surabaya.



Ada perubahan penampilan setelah menjadi Ning?

Nungki: Pasti. Dulu saya tidak terlalu suka dandan. Tapi, sekarang saya harus selalu dandan. Ya, tidak selalu sih. Paling tidak, saya sekarang tahu kalau kuliah dandannya harus bagaimana, terus kalau formal bagaimana.

Mira: Kalau saya, dari dulu memang selalu dandan. Jadi, tidak terlalu banyak berubah. Mungkin ke pakaian kali ya. Saya sekarang harus hati-hati milih pakaian. Soalnya, kan orang pasti lihat, eh masak Ning kayak begitu bajunya.

Devi: Saya kebalikannya Mira. Saya tidak terlalu suka dandan. Tapi, sekarang ke mana-mana saya selalu siapkan peralatan make-up. Jadi, kalau ada acara mendadak atau harus pergi ke satu tempat, saya langsung dandan sendiri.

Nansa: Mungkin perubahannya terasa pas beli baju. Kalau dulu setiap ada baju yang bentuknya lucu, saya bisa langsung beli. Sekarang enggak. Jadi, pas lihat ada baju bagus, saya langsung mikir, ini bisa dipakai acara apa. Kalau nggak ada yang cocok acaranya, ya nggak jadi beli, meski bajunya lucu.

Nessya: Baju sih iya. Tapi, kalau saya, terasanya di make-up. Mungkin lebih tepatnya menyesuaikan dandanan. Sebagai Ning, kita dituntut untuk selalu pakai make-up. Tapi, kalau kuliah, kan nggak mungkin pakai yang gimana gitu. Jadi, ya harus pintar-pintar menyesuaikan.

Melakukan perawatan wajah dan tubuh secara rutin? Dari mana duitnya?

Mira: Paling tidak saya ke salon untuk perawatan tubuh kayak body scrub gitu sekali dalam sebulan. Tapi, di rumah tetap luluran sendiri. Dua minggu sekali. Kalau wajah, ada klinik khusus. Semua duitnya ya dari mama. Hehehe.

Devi: Alhamdulillah, wajah saya tidak bermasalah, jadi nggak perlu ke klinik khusus. Tubuh juga nggak. Apalagi rambut ya. Hahaha. Tapi biasanya, keluarga saya punya langganan yang bisa dipanggil. Itu juga nggak pasti. Kadang sebulan sekali, kadang juga berbulan-bulan. Paling facial, creambath, sama potong rambut. Duitnya? Orang tualah.

Nansa: Kulit saya itu sangat sensitif. Jadi, kalau dilulur atau diapakan sedikit saja, langsung merah-merah. Jadi, nggak pernah. Perawatan ya paling wajah. Itu ke klinik khusus. Soalnya, kalau nggak, wis bisa kelihatan kayak berdarah gitu. Karena belum bekerja, duitnya ya dari mama.

Nessya: Yang saya utamakan sih wajah. Itu juga harus ke klinik khusus. Kalau ke salon, mungkin sama kayak Mira. Sebulan sekali. Tapi, kadang juga nggak. Duit mama. Kadang mama juga yang beliin make-up sama baju.

Nungki: Hehe. Duit pasti mama. Kalau belanja make-up atau baju, aku yang pilih, mama yang bayar. Soal perawatan, apa ya, memang sih wajah yang didahulukan. Lainnya sih nggak ya. Paling perawatan aja sendiri.

Sebagai Ning, merasa ada yang kurang dalam penampilan atau diri kalian?

Mira: Apa ya? Mungkin kekurangan saya adalah berkomunikasi. Sebelumnya, saya tidak terlalu sering bertemu dengan pejabat. Jadi, sekarang rasanya agak sulit memulai pembicaraan dengan orang yang lebih tua. Tapi, lama-lama bisa.

Devi: Kekurangan? Mungkin ini. Saya kalau ngomong selalu apa adanya. Kalau nggak suka, ya bilang nggak suka. Nah, itu buat sebagian orang kadang-kadang dianggap menyakitkan. Jadi, sekarang aku berusaha untuk memperbaiki itu.

Nungki: Dulu saya pernah dibilang seperti anak SMA. Soalnya, dandanannya biasa banget. Hehehe. Tapi, gimana lagi. Waktu itu, saya pulang kuliah, jadi nggak terlalu dandan. Terus, kayaknya sama dengan Mira deh. Komunikasi dengan orang yang lebih tua.

Nessya: Kalau saya, rasanya tidak ada masalah ya. Tapi memang, sebagai Ning kita harus terus menerus-menerus menambah wawasan. Jadi, kalau diajak ngomong sama pejabat atau yang lain, kita bisa nyambung.

Nansa: Mungkin di penampilan. Selera saya dengan mama soal make-up itu kadang agak nggak sama dengan yang lain. Jadi, beberapa kali saya diingatkan gara-gara pakai lipstik yang nggak kelihatan. Gimana lagi, saya suka pakai lipstik yang matte. Solusinya, saya ke mana-mana bawa dua. Yang matte, sama yang agak terang. Jadi, kalau mau ada apa-apa, tinggal ditumpuk. (JPNN, Minggu, 12 April 2009/any/dos)

Hindari Celana Pendek dan Baju Pamer Udel



SEBAGAI seorang Ning yang harus menjaga penampilan di mana saja, lima perempuan ini membawa berbagai barang ketika bepergian. Termasuk ketika bersama teman atau keluarga. Suka diledek sama teman-teman? "Pasti itu. Mereka selalu menggoda, ya ampun bawaannya banyak banget," kata Nansa yang diikuti anggukan keempat temannya.

Tapi karena menganggap hal itu sebagai bagian dari tugas, mereka tidak keberatan. "Tinggal dikasih tahu aja. Orang kan tidak peduli kita Ning tahun berapa. Kalau kita tampil jelek, nanti yang kena cap jelek kan semuanya. Jadi ya, kita harus pintar-pintar membawa diri. Biasanya setelah dijelasin, teman-teman ngerti. Malah kalau kita pas males dandan, mereka yang ingetin," imbuh Mira.

Perubahan yang tiba-tiba juga sempat membuat Nungki agak gagap. Cewek kelahiran 28 Juli 1989 itu menyatakan sempat kaget dengan keharusan Ning untuk tampil rapi. Jadilah dia setiap hari menggunakan kemeja plus hak tinggi ketika kuliah. Tapi karena merasa itu bukan dirinya yang sebenarnya, kebiasaan tersebut lama-lama agak berkurang. "Sekarang balik kayak dulu, tapi lebih rapi," ujarnya, lantas tersenyum.

Selain teman, mereka juga sering memanfaatkan masukan dari para senior yang ada di Peguyuban Cak dan Ning. "Mereka kan sudah lama. Jadi pasti punya banyak pengalaman. Makanya kalau ada yang ngasih masukan, kita senang. Misalnya, saya. Waktu dikasih tahu kalau pakai jilbab itu harus kreatif, saya seneng. Soalnya, nggak kepikiran sebelumnya," cerita Devi.

Apa saja sih aturan penampilan seorang Ning? "Yang pasti kita harus tetap berpakaian sopan. Misalnya, jangan pakai celana pendek kalau ada acara. Atau, jangan pakai baju terbuka yang kelihatan udelnya," jelas Devi, lantas tertawa. "Sebenarnya, tidak ada aturan baku nggak boleh ini-itu. Yang pasti, harus bisa memilih pakaian yang sesuai dengan situasi dan kondisi," timpal Nansa.

"Biasanya untuk penampilan, kita punya tiga jenis. Ini bergantung acaranya. Ada smart casual, casual sama formal. Kalau yang smart casual itu pakai kemeja, jins sama sepatu cantik. Yang namanya sepatu cantik ya high heels itu. Tingginya tidak boleh kurang dari tujuh sentimeter. Kalau sudah pakai baju seragam Ning, nggak boleh pakai sepatu yang nggak ada haknya," jelas Mira.

Merasa terbebani tidak dengan berbagai keharusan seperti itu? "Ya enggaklah. Namanya juga tugas. Istilahnya, kita sudah masuk ke dalam. Jadi, kita harus bersikap profesional," ucap Nessya yang langsung diiyakan keempat temannya. "Perubahan itu kan ke arah yang positif. Jadi, ngapain keberatan?" timpal Devi. (any/dos)

0 komentar:

Posting Komentar

Tulis komentar TERBAIK kamu. Yang paling rajin komentar Lela review blognya dalam posting “BLOG REVIEW”. Komentar yang kreatif-inspiratif memungkinkan jadi bahan posting Lela dan pastinya.., blog kamu dapat promosi GRATIS. Thanks..

 
[Image]
WarNing !
Copy-paste diBOLEHkan asal mencantumkan url PadhangBulan.blogspot. com. Demi etika, sportivitas, solidaritas, dan saling 'cinta' diantara sesama blogger Indonesia. Share-Saran Anda
Sincerely,
Grup Padhang Bulan
"Yang suka menyendiri silakan menyepi, yang suka berbagi silakan copy code di bawah ini:"

Catatan Lela
Yahoo Online Status Indicator